PENGOLAHAN AIR LIMBAH BIOLOGI
I. I. Pendahuluan
Limbah
menurut P. Gintings (2002) yaitu buangan yang kehadirannya tidak dikehendaki
pada suatu tempat yang berada di lingkungan dan tidak mempunyai nilai ekonomi.
Limbah ini dapat berupa cair, padat, dan gas. Limbah cair menurut PP RI No. 82
tahun 2001 adalah sisa/buangan dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud
cair. Limbah cair tersebut dapat berasal dari domestik dan industri. Limbah cair
ini dapat diolah melalui proses tahapan yang beragam sesuai dengan kandungan
polutan yang terkandung. Perbedaan kandungan polutan akan membutuhkan proses
pengolahan yang berbeda pula. Proses pengolahan limbah cair dapat diolah
menggunakan teknologi yang dapat dilakukan secara fisika, kimia, biologi, dan
gabungan ketiganya (Ayuningtyas, 2009). Tulisan ini akan membahas proses
pengolahan limbah cair secara biologis yang merupakan proses tahapan pengolahan
sekunder. Pengolahan limbah cair secara biologi bertujuan untuk membersihkan
zat-zat organik atau mengubah zat organik yang berbahaya tersebut menjadi
bentuk yang kurang/tidak berbahaya. Dengan kata lain zat-zat organik yang
terdapat dalam limbah cair dapat digunakan kembali (Eckenfelder, 2000). Proses
pengolahan air limbah secara biologis dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis
yaitu proses biomassa tersuspensi (suspended culture), proses biomassa melekat
(attached culture), dan lagoon/kolam (Gambar 1). Tulisan ini akan membahas
mengenai proses pengolahan air limbah melalui proses biomassa melekat (attached
culture), yaitu Trickling filter dan Rotating Biological Contactor (RBC).
Proses-proses tersebut dapat dilakukan dalam kondisi aerobik, anaerobik, dan
kombinasi keduanya. Kondisi aerobik terdapat oksigen terlarut di dalam reaktor
air limbah, sedangkan pada kondisi anaerobik yaitu dilakukan tanpa adanya
oksigen, dan pada kondisi proses kombinasi aerob dan anaerob digunakan untuk
menghilangkan kandungan nitrogen di dalam air limbah.
II.
Hasil
dan Pembahasan
2.1 Prinsip Proses Sistem
Biofilm Gambar 2
menunjukkan suatu sistem biofilm yang terdiri dari medium penyangga, lapisan
biofilm yang melekat pada medium, lapisan air limbah dan lapisan udara yang
terletak diluar. Suplay oksigen pada lapisan biofilm pada sistem ini dengan
aliran balik udara sedangkan pada sistem biofilter tercelup dengan menggunakan
blower udara atau pompa sirkulasi. Jika lapisan mikrobiologis cukup tebal, maka
pada bagian luar lapisan mikrobiologis akan berada dalam kondisi aerobik
sed
angkan pada bagian dalam biofilm yang melekat pada medium akan berada dalam
kondisi anaerobik. Pada kondisi anaerobik akan terbentuk gas H2S, dan jika
konsentrasi oksigen terlarut cukup besar maka gas H2S yang terbentuk tersebut
akan diubah menjadi sulfat (SOa) oleh bakteri sulfat yang ada di dalam biofilm.
Gambar 1.Klasifikasi Cara Pengolahan Air Limbah dengan Proses Film
Mikro-Biologis (Biofilm)
3.1.1
Keunggulan Proses Biofilm yaitu:
a. Pengoperasiannya mudah
b. Lumpur yang dihasilkan sedikit
c. Dapat digunakan untuk pengolahan air limbah
dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi
tinggi
d. Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah
maupun fluktuasi konsentrasi
e. Pengaruh penurunan suhu terhadap elisiensi
pengolahan kecil
Gambar
3. Mekanisme Penghilangan Amonia dalam Proses Biofilter
3.2 Prinsip Proses
Sistem Trickling Filter
Proses pengolahan Trickling Filter air limbah adalah proses pengolahan
dengan cara menyebarkan air limbah
ke dalam suatu tumpukan atau unggun media yang terdiri dari bahan
batu pecah, bahan
keramik, sisa tanur,
medium dari bahan
plastik atau lainnya.
Pada sistem
Trickling Filter ini
mikroorganisme
berkembangbiak dan menempel
pada permukaan media penyangga. Gambar 4 menunjukkan aplikasi dari
sistem trickling filter dan Gambar 5
menunjukkan contoh alatnya.
Gambar
4 Mekanisme Penghilangan Amonia dalam Proses Tricking Filter
3.2.1
Tiga jenis dasar Trickling filter yang digunakan untuk:
a. Pengolahan limbah perumahan atau pedesaan
kecil individu
c. sistem diterapkan pada pengolahan limbah
industri.
3.2.2
Kekurangan proses trickling filter yaitu:
a.
Sering timbul lalat dan bau yang berasal dari reaktor
b. Sering terjadi pengelupasan lapisan biofilm dalam jumlah yang besar akibat perubahan beban hidrolik atau beban organik sehingga lapisan biofilm bagian dalam kurang oksigen dan suasana berubah menjadi asam.
Gambar 5. Alat tricking filter
atau dengan cara melakukan aerasi di
dalam bak ekualisasi untuk menaikkan kensentrasi
3.2.4 Keunggulan RBC
Beberapa keunggulan proses pengolahan
air limbah dengan sistem RBC antara lain:
1. Pengoperasian alat serta perawatannya
mudah
2.
Konsumsi energi lebih rendah
3.
Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga tahan terhadap
fluktuasi
beban pengoalahan.
4.
Reaksi nitrifikasi lebih
mudah terjadi, sehingga
efisiensi penghilangan ammonium lebih besar
5.
Tidak tejadi bulking ataupun buth (foam) seperti pada proses lumput
aktif
3.2.5
Kelemahan RBC
Sedangkan beberapa kelemahan dari proses
pengolahan air limbah dengan sistem
RBC antara lain:
1. Pengontolan jumlah mikro-organisme
sulit dilakukan
2. Sensitif terhadap perubahan temperature
3. Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan
masih tinggi
4. Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut
5. Kadang-kadang timbul bau yang kurang busuk.
DAFTAR
PUSTAKA
Ayuningtyas, 2009.
Proses Pengolahan Limbah Cair di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta.
Laporan Khusus, Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 10-11.
Eckenfelder Jr. &
Wesley W. 2000. Industrial Water Pollution Control 3th ed . Singapore: Mc Graw
Hill Book Co.
Ginting, P. 2002.
Teknologi Pengolahan Limbah. Penerbit: Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Sholichin, Moh.
Tanpa tahun. Modul
IV, Pengelolaan Limbah
Cair, Pengelolaan Limbah dengan Proses Biofilm, Trikling Filter dan
RCB . Jurusan Teknik Pengairan, Universitas Brawij aya: Malang.
Komentar
Posting Komentar